Disaster Managemen Plan ( Banjir Rob )
DISASTER MANAGEMENT PLAN
Banjir
Rob di Kelurahan Tambakrejo Kecamatan Gayamsari Kabupaten Semarang
Disusun
untuk memenuhi tugas projek mata kuliah Elektif (Disaster Nursing and Trauma Healing) Kelas A15.1
Dosen
: Ns. Dody Setiawan, S.Kep., M.Kep
Disusun
oleh kelompok 3:
1.
Noviana Rohmah (22020115120026)
2.
Ayu Martha Puri (22020115120043)
3.
Ni’mah Vicky Priyani (22020115130078)
4.
Sulistiyani (22020115120051)
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
DEPARTEMEN
KEPERAWATAN
FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
2016
A.
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Indonesia merupakan negara yang darurat bencana banjir
terutama banjir rob karena beberapa daerah dikelilingi oleh lautan dan sungai. Banjir
rob merupakan genangan air pada bagian daratan pantai yang terjadi pada saat
air laut pasang. Banjir rob menggenangi bagian daratan pantai atau
tempat yang lebih rendah dari muka air laut pasang tinggi (high water level)
(Chandra K. & Supriharjo, 2013).
Banjir rob adalah fenomena yang umum terjadi di kota
yang terletak di tepi pantai. Fenomena banjir rob biasanya disebabkan oleh
naiknya muka laut juga penurunan muka tanah atau biasa disebut sebagai land
subsidence. Fenomena banjir rob yang terjadi hampir disepanjang
tahun ini bisa terjadi di musim hujan maupun di musim kemarau. Hal ini
menunjukan bahwa curah hujan bukanlah faktor utama yang menyebabkan fenomena banjir
rob. Banjir rob terjadi terutama karena pengaruh tinggi-rendahnya pasang surut
air laut yang terjadi oleh gaya gravitasi. Gravitasi bulan merupakan pembangkit
utama pasang surut (Chandra K. & Supriharjo, 2013).
Terjadinya banjir rob dikarenakan adanya kenaikan muka air laut yang
disebabkan oleh pasang surut dan faktor-faktor atau eksternal force seperti dorongan air, angin atau swell (gelombang yang akibatkan dari
jarak jauh) dan badai yang merupakan fenomena alam yang sering terjadi di laut.
Selain itu, banjir rob juga terjadi akibat adanya fenomena iklim global yang
ditandai dengan peningkatan temperatur atau suhu rata-rata bumi dari tahun ke
tahun. Lapisan ozon merupakan pelindung bumi dari pengaruh sinar matahari
sehingga bila lapisan ini menipis maka akan terjadi pemanasan global sehingga
menyebabkan lapisan es di kutub utara dan antartika mencair. Akibatnya,
permukaan laut air global naik (Chandra K. & Supriharjo, 2013).
Daerah Semarang Gayamsari merupakan bagian kota
Semarang yang terletak di daerah pesisir. Salah satu daerah di Semarang Gayamsari
yang sering terkena banjir rob adalah kelurahan Tambakrejo. Kelurahan tersebut secara
geografis dikelilingi oleh perairan. Bagian utara berbatasan langsung dengan
laut Jawa. Pada sisi timur dibatasi dengan banjir Kanal Timur dan Sungai Banger
sedangkan di sisi barat dibatasi oleh Sungai Mati (buntu). Data topografi desa
memperlihatkan dari 52,8 Ha luas wilayah Tambakrejo, sekitar 20 Ha adalah
kawasan permukiman dan sisanya merupakan kawasan perairan seperti sungai dan
tambak. Tidak mengherankan jika banjir rob merupakan hal yang biasa bagi desa
tersebut dan hampir setiap hari mereka alami (Pemprov Semarang, 2015). Data
Bappeda Kota Semarang (2015) menyatakan bahwa abrasi air laut dari tahun 2005
hingga 2009 sudah menggerus lahan tambak di Tambakrejo sejauh 652,7 m.
Gambar A.1 Masuk kelurahan Tambakrejo
Dampak terjadinya banjir rob menurut Sudaryanto (2003)
adalah dapat mengganggu sanitasi, estetika (keindahan), kesehatan (gatal-gatal
dan demam berdarah), psikologi sosial serta kerugian ekonomi karena aktivitas
keseharian mereka terganggu. Selain itu, dampak lain yang disebabkan oleh banjir
rob adalah terjadinya abrasi pada pantai sehingga daerah sekitar pantai dan
ekosistem menjadi rusak. Banjir rob di Tambakrejo ini terjadi setiap hari mulai
pukul 16.00-03.00 WIB. Situasi tersebut menimbulkan keresahan pada warga karena
apabila intensitas air tinggi, mereka harus mengungsi dan terancam kehilangan
mata pencaharian.
Gambar A.2 Salah satu rumah warga yang terendam banjir
rob
Berdasarkan penjelasan tersebut dan gambar yang kami sertakan
di atas, alasan kelompok kami memilih Kelurahan Tambakrejo adalah karena kelurahan tersebut berbentuk cekung
dan termasuk daerah terparah yang terkena banjir rob. Keadaan tersebut terjadi
karena kelurahan tersebut ini mendapat banjir kiriman dari kelurahan Kaligawe
dan kelurahan Sawah besar. Oleh karena itu, sangat rentan mengalami banjir rob
dan mengalami penurunan tanah. Selain itu, kelurahan Tambakrejo menjadi jalur
transportasi ke terminal Terboyo dan Surabaya. Apabila terjadi banjir rob maka akan
mengganggu akses transportasi, kegiatan
industri dan menghambat ekonomi masyarakat sekitar.
2.
Tujuan
Berdasarkan
latar belakang di atas, tujuan projek ini antara lain:
a.
Mengetahui pengkajian resiko bencana rob
yang terjadi di Kelurahan Tambakrejo.
b.
Membuat manajemen plan bencana banjir rob
di Kelurahan Tambakrejo.
3.
Manfaat
a. Bagi
Masyarakat umum
1)
Memberikan informasi kepada masyarakat
umum mengenai fenomena banjir rob dan daerah-daerah yang rawan bencana banjir
rob di wilayah Semarang Utara khususnya Kelurahan Tambakrejo Kecamatan
Gayamsari.
2)
Memberikan informasi mengenai cara
menanggulangi bencana banjir rob.
b. Bagi
Warga sekitar
1)
Memberikan informasi mengenai cara
menangani banjir rob.
2)
Dengan adanya informasi ini, diharapkan
masyarakat memiliki kepedulian untuk menjaga lingkungan dengan tidak membuang
sampah sembarangan dan hal-hal yang terkait dengan bencana banjir rob.
c. Bagi
Pemerintah
1)
Memberikan informasi kepada pemerintah mengenai
daerah yang perlu dilakukan upaya kesiapsiagaan (preparedness) dan mitigasi bencana banjir rob.
2)
Sebagai informasi mengenai DAS yang ada di
kelurahan Tambakrejo.
3)
Memberikan informasi kepada pemerintah
agar dapat melakukan upaya penanggulangan banjir rob secara benar, cepat, dan
tepat.
4)
Sebagai bahan informasi bagi pemerintah
yang berada di bidang penanganan masalah prasarana kota dan lingkungan
B.
PENGKAJIAN
RESIKO BENCANA
1. Peta
Wilayah
Terlampir
2. Proses
Pengkajian
a. Ancaman
(Hazard)
1)
Air laut yang mengalami pasang.
2)
Curah hujan yang tinggi.
3)
Serangan wabah penyakit gatal dan demam
berdarah.
b. Kerentanan
1)
Jarak antara wilayah dari laut sekitar 1 kilometer.
2)
Penurunan tanah setiap tahunnya.
3)
Wilayah kelurahan Tambakrejo berbentuk
cekung dan di kelilingi kali tenggang.
4)
Kali Tenggang tidak dapat menampung air
kiriman dari laut yang kemudian meluap ke pemukiman warga Tambakrejo.
5)
Padatnya pemukiman penduduk.
6)
Sebagian rumah penduduk dibuat dengan
pondasi yang rendah.
7)
Kali Tenggang dan sungai lain tidak kuat
menampung air ketika hujan karena tingginya intensitas air yang datang.
8)
Kesadaran salah satu anggota keluarga
masih kurang terkait dengan tidak mau apabila tambak miliknya yang dekat dengan
laut di ganti rugi oleh pemerintah.
9)
Banyaknya sampah di sekitar wilayah sungai
Tambakrejo.
c. Kapasitas
1) Sarana
dan prasarana
a) Pemasangan
pompa di sekitar jalan
b) Sebagian
rumah penduduk yang memiliki cukup dana, pondasi rumahnya dibuat menjadi lebih tinggi
berhubungan dengan adanya peninggian jalan.
c) Meninggikan
jalan sekitar 50-70 cm ketika sudah mengalami kerusakan dan banjir rob
bertambah parah.
2) Sumber
Daya Manusia
a)
Masyarakat mulai sadar terjadinya banjir karena
kurangnya kepedulian masyarakat terhadap menjaga kebersihan di rumah mereka
masing-masing.
b)
Masyarakat mulai menjaga kebersihan bak
mandi.
c)
Ada gerakan pemantik untuk mengecek apakah
ada jentik-jentik di bak mandi warga Kelurahan Tambakrejo.
d) Masyarakat
secara berkala melakukan gotong royong.
e)
Jumlah penduduk yang muda dari umur 16
sampai 59 tahun yaitu sebanyak 5658 jiwa.
f)
Jumlah penduduk yang tua umur > 60
tahun yaitu sebanyak 691 jiwa.
3. Analisis
Resiko
No
|
Bahaya
|
Kerentanan
|
Kapasitas
|
Frekuensi/kemungkinan
|
Tingkat keparahan
|
Rasional
|
1.
|
Air laut yang
mengalami
pasang
|
a.
Jarak
antara
wilayah
dari
laut
sekitar 1 km.
b.
Kali
tenggang tidak dapat menampung air kiriman
dari
laut.
c.
Wilayah
kelurahan Tambakrejo berbentuk cekung dan di kelilingi oleh kali Tenggang.
d.
Kesadaran
anggota
keluarga
yang masih kurang dibuktikan dengan
tidak
maunya
tambak milik salah seorang warga yang dekat dengan laut di ganti
rugi
oleh
pemerintah.
e.
Penurunan
tanah
sekitar 5 cm setiap
tahunnya.
|
a.
Pemasanganpompa
di sekitar jalan
b.
Sebagian
rumah
penduduk yang cukup
dana
pondasi rumahnya
dibuat
lebih tinggi.
c.
Meninggikan
jalan
sekitar 50-70 cm setiap
1 tahun sekali dan ketika
jalan sudah mengalami kerusakan.
d.
Masyarakat secara berkala melakukan
gotong royong.
e.
Jumlah penduduk yang muda dari umur
16-59 tahun yaitu sebanyak 5658 jiwa.
f.
Jumlah penduduk yang tua umur >
60 tahun yaitu sebanyak 691 jiwa.
|
Frekuensi terjadinyabanjir rob pada
tahun
ini
yaitu sebanyak
dua kali. Pertama
yaitu
sekitar
bulan
Juni
(mendekati hari raya Idul Fitri)
dan
periode kedua yaitu bulan Septembersampai
dengan
sekarang.
|
Parah
|
Terjadinya air laut yang mengalami
pasang
membuat
wilayah
ini
mengalami
banjir rob yang terjadi
setiap
hari yang
diperparah dengan kali tenggang tidak dapat menampung air laut ketika pasang. Selain itu, bentuk wilayah kelurahan Tambakrejo yang cekung
membuat
wilayah
ini
terjadi rob setiap
hari. Namun yang sedikit
membantu
mengatasi
tingkat keparahan sehingga tidak
menjadi
sangat
parah
adalah adanya pemasangan pompa di sekitar jalan dan meninggikan bangunan serta
jalan.
|
2.
|
Curah hujan yang tinggi
|
a.
Kali
tenggang tidak mampu menampung air ketika hujan.
b.
Wilayah
kelurahan Tambakrejo berbentuk cekung di kelilingi kali tenggang.
c.
Kesadaran
akan
kebersihan
kurang.
|
a.
Pemasangan pompa di sekitar
jalan
untuk menanggulangi apabila terdapat banyak genangan air di jalan bisa
langsung disedot dan dialirkan ke sungai besar.
b.
Sebagian
rumah
penduduk yang cukup
dana
rumahnya
didesain lebih tinggi.
c.
Meninggikan
jalan
sekitar 50-70
cm setiap satu tahun sekali atau ketika
sudah
mengalamikerusakan.
d.
Masyarakat
secara
berkala
melakukangotong
royong
membersihkan daerah sekitar dan tidak membuang sampah sembarangan.
e.
Jumlah
penduduk yang muda
dari
umur 16-59 tahun
yaitu sebanyak
5658 jiwa.
f.
Jumlah
penduduk tua
yang berumur >
60 tahun
sebanyak 691 jiwa.
|
Ketika musim penghujan terjadi curah hujan yang tinggi
seperti
bulan-bulan
sekarang.
|
Sangat parah. Karena ketika datang musim penghujan, banjir rob di kelurahan
tersebut
lebih tinggi dari biasanya.
|
Terjadinya curah hujan yang tinggi membuat wilayah ini semakin parah karena kali tenggang
dan
sungai tidak
dapat
menampung air ditambah
dengan
wilayah
kelurahan
Tambakrejo yang
cekung dan
dikelilingi
oleh kali Tenggang. Selain itu, kurangnya kesadaran warga terhadap kebersihan juga amat sangat
kurang seperti masih membuang sampah di sungai.
|
3.
|
Wabah penyakit gatal-gatal dan demam berdarah.
|
a.
Banyak
genangan air yang
terjadi hampir setiap hari karena
banjir rob
yang memudahkan
tumbuh
kembang
nyamuk.
b.
Air
dari banjir rob sangat
kotor yang dapat
menyebabkan
gatal
|
a.
Masyarakatmulai
sadar
untuk menjaga
kebersihan di rumah mereka masing-masing.
b.
Masyarakatmulai
menjaga
kebersihanbak
mandi.
c.
Ada
gerakan pemantik untuk mengecek apakah ada jentik-jentik nyamuk di bak mandi warga kelurahan Tambakrejo.
d.
Masyarakatsecara
berkala
melakukangotong
royong
dan membersihkan lingkungan sekitar.
e.
Jumlah
penduduk yang muda
dari
usia 16 -59 tahun yaitu sebanyak 5658 jiwa.
f.
Jumlah
penduduk tua
dengan usia > 60 tahun
yaitu sebanyak
691 jiwa.
|
Frekuensi terjadinya kasus demam berdarah pada
tahun
ini
sudah
berkurangdari
tahun
sebelumnya.
Dari tahun
sebelumnya,
hampir satu RW mengalami demam berdarah dan sekarang
menjadi tidak terkena karena adanya program
dari pemerintah bekerja sama dengan ibu-ibu PKK Kelurahan Tambakrejo yang
melakukan tindakan pemantik setiap satu bulan satu kali.
|
Ringan
|
Adanya gerakan pemantik yang dilakukan
ibu-ibu PKK sangat
membantu
mengurangi
jumlah
penderita demam
berdarah di daerah
tersebut.
|
C.
RENCANA
MANAJEMEN BENCANA
1. Pemerintah
a. Penyediaan
alat penyedot air tenaga listrik.
b. Melakukan
normalisasi tambak bandeng di Desa Tambakrejo.
c. Melakukan
normalisasi kali tenggang di Desa Tambakrejo.
d. Pemasangan
pompa air di sepajang jalan.
e. Rencana
pembuatan infrastruktur seperti yang ada di Banjir Kanal Timur dan Majapahit yaitu pembuatan jalan lingkar dan penanaman pohon di sekitar sungai.
f. Meninggikan
jalan setiap satu tahun sekali.
Gambar C.1 Jalan
yang sudah ditinggikan
2. Masyarakat
a. Memelihara
pompa air yang terpasang di sekitar jalan raya sehingga setiap terjadi genangan
air bisa langsung dibuang ke sungai.
b. Melakukan
gotong royong bersih daerah sekitar segera setelah banjir rob terjadi.
c. Melakukan
penyedotan air segera setelah banjir rob terjadi.
d. Membuat
jadwal rutin untuk melakukan gotong royong apabila ada infrastruktur daerah
tersebut yang rusak.
3. Keluarga
a. Merenovasi
rumah dengan cara meninggikan bangunan rumah setiap kali ada peninggian jalan.
Gambar C.2 Salah
satu rumah warga yang sudah ditinggikan
b. Menyediakan
pompa penyedot air di masing-masing rumah untuk menanggulangi jika
sewaktu-waktu banjir rob yang datang dengan frekuensi besar.
c. Turut
serta menjaga kebersihan rumah maupun lingkungan sekitar dengan memberikan
edukasi pada anak mengenai larangan membuang sampah di sungai, larangan bermain
di tepi sungai, dan
anjuran untuk menjaga
kesehatan.
d. Selalu menyediakan peralatan P3K di masing-masing rumah, apabila terjadi gangguan kesehatan yang dialami warga akibat banjir rob dapat ditangani dengan segera.
4. Individu
a. Ikut
memelihara pompa penyedot air yang terpasang di sepanjang jalan dan melakukan
perawatan setiap seminggu sekali.
b. Berpartisipasi
dalam kegiatan gotong royong yang diadakan oleh masyarakat.
c. Menjaga kebersihan rumah terutama kebersihan bak mandi serta memastikan saluran-saluran air dapat mengalirkan air dengan lancar agar tidak menjadi sarang nyamuk yang dapat menyebabkan demam berdarah.
e. Selalu menyediakan peralatan P3K di masing-masing rumah, apabila terjadi gangguan kesehatan yang dialami warga akibat banjir rob dapat ditangani dengan segera.
D.
PEMBAHASAN
Kondisi
banjir rob di wilayah Semarang akan menjadi masalah yang bertambah parah
apabila tidak segera ditangani. Banjir rob merupakan genangan air pada bagian
daratan pantai yang terjadi pada saat air laut pasang. Banjir rob
menggenangi bagian daratan pantai atau tempat yang lebih rendah dari muka air
laut pasang tinggi (high water level) (Chandra K. & Supriharjo,
2013). Fenomena banjir rob di Semarang
tepatnya di Kelurahan Tambakrejo Kecamatan Gayamsari masih menjadi isu hangat
dari dulu sampai sekarang karena terjadi secara berangsur-angsur tanpa adanya
upaya penanggulangan yang serius. Kelurahan tersebut mengalami banjir rob
karena dikelilingi oleh sungai yaitu sungai Tenggang dan sungai Kanal Timur.
Sungai tidak dapat menampung air karena kondisinya yang dipenuhi dengan sampah
sehingga sungai tidak dapat menampung air dari laut dan meluap ke permukiman
warga.
Gambar D.1 Jalan yang terendam air rob
Gambar D.2 Salah satu rumah warga yang terendam banjir
rob
Hampir
setiap hari menjelang malam, genangan air selalu terjadi sebagai akibat dari
banjir rob. Warga menyatakan bahwa tinggi banjir rob sekitar 1 meter dan akan
surut setelah subuh. Sampai saat ini belum ada upaya penanganan yang sesuai
untuk permasalahan ini. Beban pembangunan yang merambah wilayah Tambakrejo juga
semakin besar karena terjadinya penurunan muka tanah di darat yang ikut
berpengaruh terhadap semakin parahnya banjir rob yang dibuktikan dengan
penurunan tanah sebesar 5 cm setiap tahunnya sehingga setiap tahun dilakukan
peninggian jalan.
Sungai
yang kotor dan sampah yang menumpuk menjadikan banjir rob di kelurahan
Tambakrejo menjadi semakin parah tiap tahunnya dikarenakan kesadaran dan
kepedulian masyarakat yang kurang terhadap kebersihan sungai sehingga sungai
selalu penuh karena sampah dan tidak dapat menampung air rob. Hal ini
dibuktikan dengan masih banyaknya sampah yang mengambang di sungai sehingga
mengeluarkan bau yang sangat busuk. Tidak hanya berbau busuk tetapi sampah-sampah
yang menumpuk tersebut menghambat saluran air, sehingga menjadikan saluran air
kurang berfungsi sebagaimana mestinya. Hal itu menjadikan masalah banjir rob
semakin menggenangi rumah warga.
Upaya
pemerintah yang kurang sigap, tanggap, cepat dan tepat semakin memperparah
banjir rob yang sering terjadi hampir setiap hari ini. Pompa yang digunakan
untuk menyedot air ke sungai sering hilang karena kurang ketatnya pengawasan.
Selain itu, pompa yang digunakan pun yang berkekuatan kecil yaitu hanya berkekuatan
6 PK. Padahal, intensitas air yang semakin hari semakin naik ini perlu adanya
diesel berkekuatan besar untuk mampu menyedot air dengan cepat sehingga air
dapat langsung dialirkan ke sungai dan tidak menggenang di jalan raya maupun
sampai masuk ke rumah warga.
Dampak
yang timbul setelah terjadinya banjir rob adalah masyarakat mengalami
gatal-gatal di tubuhnya karena air rob yang kotor dan berbau tidak sedap.
Selain itu, menurut keterangan lurah Tambakrejo, banjir rob ini meningkatkan
wabah atau nyamuk demam berdarah sehingga dilakukan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) secara berkala yang dilakukan oleh pegawai kelurahan dan warga. Program
ini tentunya sangat mendukung penanggulangan dampak banjir rob yaitu
meningkatnya wabah demam berdarah.
Upaya
penanggulangan banjir rob ini sudah dilakukan mulai dari meninggikan badan
jalan, pengerukan sungai, pembangunan pompa penyedot air hingga pengosongan
tambak ikan lele. Namun upaya tersebut masih belum mengatasi banjir rob di
wilayah Tambakrejo. Dalam penggunaan pompa air pun membutuhkan banyak
pengeluaran yaitu setiap hari harus menghabiskan bahan bakar sekitar 5 liter.
Lurah Tambakrejo selalu mengkoordinir warganya untuk iuran membeli bensin
akan tetapi lurah Tambakrejo pun tidak
kuasa melakukannya lagi karena warga yang susah untuk di mintai iuran. Selain
itu, dalam pengosongan tambak juga masih ada satu warga yang tidak mau
tambaknya dibeli untuk digunakan sebagai penampung air sehingga menghambat
upaya penanggulangan banjir rob.
Kasus
demam berdarah dan gatal-gatal banyak terjadi di RW 3, 4, 5, 6 dan 7. Hal ini
dikarenakan daerah tersebut paling parah terkena banjir rob dan banyaknya
genangan air. Program Kelurahan Tambakrejo untuk menangani kasus demam berdarah
adalah dengan melakukan tindakan pemantik oleh pihak kelurahan, ibu-ibu PKK
beserta warga untuk menghilangkan jentik-jentik nyamuk selama satu bulan sekali
dan melakukan fogging. Namun menurut
kelompok kami hal tersebut tidak efektif karena tindakan pemantik hanya
dilakukan sebulan sekali dan tidak ada pengontrolan apakah warga benar-benar
melakukan hal tersebut atau tidak. Selain itu, tidak semua warga ikut serta
dalam program tersebut sehingga hanya sebagian masyarakat yang mengetahui cara
untuk menghilangkan jentik-jentik nyamuk di rumah mereka masing-masing.
Tindakan fogging pun hanya dilakukan pada
saat ada warga yang masuk rumah sakit karena demam berdarah.
Kelompok
kami memberikan beberapa saran kepada pihak pemerintah Kelurahan Tambkarejo
untuk melakukan fogging secara berkala karena di salah satu rumah warga kami
melihat banyak sekali nyamuk sehingga dikhawatirkan dapat meningkatkan kasus
demam berdarah. Pengontrolan warga agar melakukan tindakan membasmi
jentik-jentik nyamuk juga perlu dilakukan agar kepedulian masyarakat meningkat.
Kepedulian masyarakat terhadap kebersihan dan kesehatan di daerah Tambakrejo
menurut kami masih kurang. Oleh karena itu, pentingnya hidup sehat seperti
melakukan 3M (menguras, menutup, mengubur) secara berkala dan tidak membuang
sampah sembarangan perlu ditingkatkan. Untuk kasus gatal-gatal, kelompok kami
menyarankan agar masyarakat menyediakan obat gatal, salep kutu air dan
obat-obatan lain di rumah mereka masing-masing.
Gambar
D.3 Salah satu rumah warga yang mengalami peninggian
Masyarakat
berharap agar pemerintah menangani permasalahan banjir rob di wilayah
Tambakrejo. Tidak hanya itu, masyarakat juga berharap agar pompa-pompa air yang
digunakan untuk menanggulangi banjir rob tersebut dapat berfungsi dengan baik
sehingga bencana banjir rob dapat teratasi setidaknya dapat mengurangi bencana
banjir rob. Pemerintah sudah membantu masyarakat Kelurahan Tambakrejo dengan
membangun rumah susun dengan biaya 3 bulan awal gratis, tetapi hal tersebut
menjadi kontroversi di masyarakat karena mereka masih nyaman dengan rumahnya
yang dulu dan mereka merasa merugi jika harus mengontrak dan membayarnya setiap
bulan. Padahal sebagian besar rumah warga tergenang air karena lebih tingginya
jalan daripada rumah.
Peninggian
halaman rumah sangat diperlukan untuk mencegah air masuk ke rumah. Hal ini
efektif untuk menanggulangi air supaya tidak masuk ke rumah. Selain itu juga dapat
dilakukan pembersihan saluran air agar ketika bencana rob datang dapat sedikit
mengurangi intensitas air yang masuk. Dalam upaya tersebut tidak hanya
pemerintah saja yang berperan tetapi masyarakat juga berperan dalam upaya
penanggulangan banjir rob dengan menjaga, merawat lingkungan tetap kondusif dan
ikut serta dalam memperbaiki pompa air. Dengan begitu permasalahan banjir rob
dapat segera teratasi.
E.
PENUTUP
1.
Simpulan
Banjir rob merupakan genangan air pada
bagian daratan pantai yang terjadi pada saat air laut pasang. Banjir rob
menggenangi bagian daratan pantai atau tempat yang lebih rendah dari muka air
laut pasang tinggi. Kelurahan Tambakrejo adalah kelurahan yang berbentuk cekung
dan termasuk daerah terparah yang terkena banjir rob. Keadaan tersebut terjadi
karena kelurahan tersebut ini mendapat banjir kiriman dari kelurahan Kaligawe
dan kelurahan Sawah besar. Oleh karena itu, sangat rentan mengalami banjir rob
dan mengalami penurunan tanah. Selain itu, kelurahan Tambakrejo menjadi jalur
transportasi ke terminal Terboyo dan Surabaya. Apabila terjadi banjir rob maka
akan mengganggu akses transportasi,
kegiatan industri dan menghambat ekonomi masyarakat sekitar.
Kesadaran dan kepedulian masyarakat yang
kurang terhadap kebersihan sungai yang diibuktikan dengan masih banyaknya
sampah yang mengambang di sungai sehingga mengeluarkan bau yang sangat busuk
memberikan petunjuk kepada Pemerintah untuk segera melakukan pembersihan sungai
secara berkala. Upaya pemerintah yang kurang sigap, tanggap, cepat dan tepat
semakin memperparah banjir rob yang sering terjadi hampir setiap hari ini. Selain
itu, Pompa yang digunakan untuk menyedot air ke sungai sering hilang karena
kurang ketatnya pengawasan. Pompa yang digunakan pun hanya berkekuatan kecil
yaitu berkekuatan 6 PK, padahal dengan intensitas air yang semakin hari semakin
naik ini perlu adanya diesel berkekuatan besar untuk mampu menyedot air dengan
cepat sehingga air dapat langsung dialirkan ke sungai dan tidak menggenang di
jalan raya maupun sampai masuk ke rumah warga.
2.
Saran
Kesadaran masyarakat akan kebersihan
sungai dan lingkungan sekitar perlu ditingkatkan mengingat banyak sampah yang
menggenang di sungai. Hal ini tentunya dapat membuat pemandangan semakin
bertambah buruk, menimbulkan bau yang tidak sedap dan saluran air tidak bisa
mengalir secara lancar. Selain itu, pemerintah juga harus membuat larangan
membuang sampah sembarangan agar masyarakat memiliki efek jera dan tidak lagi
membuang sampah sembarangan.
DAFTAR PUSTAKA
Chandra K., Rangga & Supriharjo, Rima
Dewi. (2013). Mitigasi bencana banjir rob di Jakarta Utara. Jurnal Teknik
Pomits. 2 (1), C25-C30.
Anonim. (2015). Pertamina lestarikan
pesisir pantai utara Semarang. Diakses pada tanggal 2 November 2016, dari: http://www.pertamina.com/en/social-responsibility/csr-news/pertamina-lestarikan-pesisir-pantai-utara-semarang/?alttemplate=print
Sudaryanto, Budi. (2003). Analisis resiko
kerugian ekonomi dan lingkungan akibat banjir air laut pasang (ROB) di kota
Semarang. Semarang: Fakultas Ekonomi Undip.

Komentar
Posting Komentar